Kamis, 23 Agustus 2007

ada tiga bunga

bunga, aku dan tanganku

bunga,
sarana bagiku untuk mencurahkan perasaanku,
dengan menggoreskan warna dan warna,
sembari aku merenung,
cukup kuatkah aku berpijak pada langkah kakiku?
cukup mampukah aku memberi ruang pada setiap kegagalanku?
cukup adilkah aku menghidupi hidupku?

[2007]

Senin, 20 Agustus 2007

Untuk Goenawan Mohamad (Catatan Pinggir 2)

saya bertanya pada gelak tawanya,
debutnya, goresan pedangnya,
kegundahannya, erotismenya,
padanya,
adakah ruang yang cukup untuk menampung segala kerinduan saya?
segala rasa ingin meledak emosi saya
adakah, GM?

(2006)

Bagimu...

Bagimu aku hanya selintas lewat
[padahal] bagiku kamu adalah udara yang kuhirup

(2 Oktober 2006)

Aku, kamu dan ribuan kunang-kunang

Aku dan ribuan kunang-kunang dikepalaku
Satu satu menciumiku, membentuk sosokmu dikepalaku
Aku menciumi kepalaku
Aku dan kamu ada dikepalaku
Kamu melayang layang dikepalaku
..tidak lelahkah kamu?

(1995)

Mengapa Puisi?

Bermula dari ketidaksengajaan, malam itu kamar tidur orang tua saya pintunya terbuka separuh, waktu itu rumah kami belum ada listrik, masih ada nyala redup lampu oblik. Saya melihat punggung ayah saya, menghadap tembok, tangannya-atau jarinya?-bergerak pelan dari kiri ke kanan..ehm.. beliau sedang menggoreskan sesuatu pada sebuah buku usang. Saya bertanya apa yang beliau tulis. Puisi, kata ayah saya. Saya pikir orang yang bisa menulis puisi adalah seorang penyair, bukan seorang guru seperti ayah saya. Saya pikir hanya Chairil Anwar (pertama kali saya tahu puisi di bangku SD ya puisi yang berjudul “Aku”), Sapardi Djoko Damono, Kahlil Gibran dan entah siapa lagi penyair yang sempat hidup di bumi ini. Ternyata “manusia biasa”pun juga bisa menulis puisi. Sejak saat itu, saya selalu ingin bisa menulis puisi. Walaupun saya bukan seorang Maya Angelou ataupun Nawal el Saadawi. Sungguh, saya ingin sekali..menari-narikan pena saya..

Ya saya, [nama], dari hati saya, pikiran saya dan semua hal yang melingkupi diri saya menjadi saksi..merenung dari satu malam ke malam yang lain.

Saya hanya ingin menari-narikan pena saya.

Walaupun saya hanyalah manusia biasa...

Minggu, 19 Agustus 2007

puisi

puisiku kehilangan kata kata
[padahal] puisi tlah kusimpan dalam senja
sedianya esok menghampirimu tuk menyapa
katanya, aku rindu kata kata
kapan bisa jumpa, kata kata?

....[pause]....

puisi, kata katamu kembali lagi!
jangan pergi lagi, pinta puisi
katanya lagi, kan kudekap engkau sampai pagi

(2007)

Selasa, 07 Agustus 2007

Seandainya..

Pernah berpikir untuk menghilang barang sekejab?
Bersembunyi di tempat yang aman dan nyaman?
Menghindari tatapan orang-orang yang seakan-akan telah berubah menjadi hakim sesaat?
Pernah berpikir jika seandainya dunia ini seperti permainan catur yang bisa kita atur sendiri?
Agar kita bisa menciptakan kebahagiaan dan kedamaian bagi semua orang?
Pernah berpikir seandainya kamu punya sayap dan kamu bisa terbang menjelajahi alam untuk meyakinkan bahwa semuanya baik-baik saja?
Aku pernah, kawan...
Aku ingin melakukannya,
Menjelma menjadi kupu-kupu, capung, elang, raksasa atau apa saja asal aku yang sekarang menjadi tidak ada,
Asal duniaku menjadi indah,
Tapi, mengapa aku tidak mencoba berpikir bahwa hidupkupun ternyata sudah indah...
(1995)

Aku Membutuhkanmu

Aku membutuhkanmu seperti udara yang kuhirup,
Air yang memberiku kesegaran,
Tanah tempatku berpijak,
Pelajaran pertamaku untuk melangkah,
Menapak,
bahkan terseok-seok,
Aku membutuhkanmu seperti puting susu ibuku yang selalu kusesap tanpa henti,
-sesuatu yang menyegarkanku itu-
telah melepas rasa lapar dan dahagaku,
Disaat kayuhan roda sepeda tiga-ku,
yang telah membawa aku melihat dedaunan, debu, awan dan cakrawala...
Aku bahkan tidak tahu apa itu kebutuhan akan yang lain,
Selain melihatmu, menatap relung-relung hatimu...
dan menyelami dalamnya air terjun kalbumu,
Ketika hamparan hijau rerumputan terpijak oleh tapak kakimu,
Masih kurasakan hadirmu di sana,
Kepada siapa ku mengadu,
Ketika ku sadar kau tak lagi di sisiku,
Aku tersentak...langitku,
Aku lemas lunglai, matahariku..
Dan luruhlah semua tulang-tulangku...matahariku,
Jangan jauh...hati bajaku,
Karena aku membutuhkanmu,
Seperti cacing-cacing itu membutuhkan tanah untuk berlarian dan bersembunyi,
Seperti anak harimau yang berlindung di bawah ketiak induknya,
Janganlah jauh...dermagaku,
Tinggallah di sini,
Karena aku tahu jauh di lubuk hatimu, kau telah memberi tempat bagi kumbang, kupu-kupu dan angin untuk saling bermain dan berkejar-kejaran,
Masih hangat kurasakan erat genggaman tanganmu, kekarnya lenganmu, merengkuhku, bidang dadamu tempatku berlabuh, desah nafasmu memburu galau hatiku,
Janganlah terbang...elangku,
Karena matahari tak kan lupa menyinari,

Karena debu tak pernah lepas dari jejak-jejak langkahmu,
Karena sebongkah hati ini yang mulai meleleh, berpendar menunggu jeritanmu,
Karena aku di sini...
Di galang kapalku, melabuh dan tetap tegak berdiri...
Menantimu kembali pada sayap-sayap cintaku...
(untuk 9 April 2001: makasih ya Don -DYS)

Real Good Friends

“Good friends must always hold hands, but true friends do not need to hold hands because they know the other hand will always be there.”
Sumber: tidak diketahui.