Senin, 20 Agustus 2007

Mengapa Puisi?

Bermula dari ketidaksengajaan, malam itu kamar tidur orang tua saya pintunya terbuka separuh, waktu itu rumah kami belum ada listrik, masih ada nyala redup lampu oblik. Saya melihat punggung ayah saya, menghadap tembok, tangannya-atau jarinya?-bergerak pelan dari kiri ke kanan..ehm.. beliau sedang menggoreskan sesuatu pada sebuah buku usang. Saya bertanya apa yang beliau tulis. Puisi, kata ayah saya. Saya pikir orang yang bisa menulis puisi adalah seorang penyair, bukan seorang guru seperti ayah saya. Saya pikir hanya Chairil Anwar (pertama kali saya tahu puisi di bangku SD ya puisi yang berjudul “Aku”), Sapardi Djoko Damono, Kahlil Gibran dan entah siapa lagi penyair yang sempat hidup di bumi ini. Ternyata “manusia biasa”pun juga bisa menulis puisi. Sejak saat itu, saya selalu ingin bisa menulis puisi. Walaupun saya bukan seorang Maya Angelou ataupun Nawal el Saadawi. Sungguh, saya ingin sekali..menari-narikan pena saya..

Ya saya, [nama], dari hati saya, pikiran saya dan semua hal yang melingkupi diri saya menjadi saksi..merenung dari satu malam ke malam yang lain.

Saya hanya ingin menari-narikan pena saya.

Walaupun saya hanyalah manusia biasa...

Tidak ada komentar: